Mesin Ketik
“mesin ketik ayah berisik!”
protesku di balik selimut
“ayahmu lagi kerja, nak.
supaya kita bisa makan.
supaya kau bisa sekolah.
lebih baik kau cepat tidur!”
lirih ibu menenteramkanku
setelah aku dewasa
detak mesin ketik ayah
mengendap dalam darah
suara yang dulu aku benci
kini kudekap sepenuh hati
kurangkai menjadi kata
kurakit menjadi senjata
jika kelak ayah ibu
terhasut dusta neraka,
mesin ketik di dalam diriku
yang akan memadamkannya!