Poem

Pantat Malaikat

padat bulat hangat
dan begitu memikat

“ini pasti nikmat!”

lalu kami berempat
membaginya menjadi
delapan potong persis
seperti pizza hangat

“untuk maut yang mati!”

dan kami pun bersulang
sambil menyantap lahap
hangat pantat ini tanpa
berdoa terlebih dahulu

sementara di dapur sana
malaikat terkapar sekarat

Bayu Angora