Paradigma Seni
Value pada seni itu bersifat dinamis dan tidak bisa lepas dari konsensus.
Ketika publik menyepakati bahwa lukisan abstrak itu high art, maka value lukisan tersebut akan ikut naik.
Masalahnya, konsensus itu sering kali disetir oleh kepentingan industri demi urusan bisnis dan gengsi.
Sama seperti halnya ketika publik menganggap cantik itu harus putih hanya karena industri kecantikan dan kosmetik mendoktrin demikian.
Dikotomi antara high art / low art yang hanya diukur dari faktor ekonomi hanya akan menghasilkan indoktrinasi seni.
Karena pada realitasnya, goresan vandal di tembok kumuh justru sering kali lebih menggetarkan daripada karya seni mahal di gallery megah.
Hingga pada akhirnya, value paling hakiki dari seni bukan lagi sekadar memanjakan indera, tapi lebih jauh dari itu adalah memperluas paradigma umat manusia dalam memandang realitas.